Thursday

Riba : Ancaman Kelima ( klimaks )



Jika dengan ancaman demi ancaman yang telah disampaikan diatas tetap tidak membuat seram. Maka ada puncak ancaman yang sudah tidak ada tandinganya, ancaman yang paling berat. Ancaman yang akan membuat pengsan bagi orang yang mendengarkannya.
Ancaman tersebut dapat kita lihat di penghujung ayat Al Baqarah:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( TQS Al-Baqarah 2:275 )
Penjelasan :
[174]. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

[175]. Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.

[176]. Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

Ayat diatas menjelaskan, bahwa bagi mereka yang sebelumnya tidak tahu, kemudian mahu berhenti dari mengambil riba, maka apa yang telah dilakukanya dahulu insya’allah Allah akan diampuni..

Bagaimana dengan yang tidak?
Ada ancaman yang sangat berat, Iaitu akan dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya.



Ancaman Masuk Neraka Selama-Lamanya.
            Ancaman ini hanya tertuju kepada orang yang sudah tahu, sudah faham. Namun, dia tetap mengulang-ulang mengambil riba. Ancamannya ini sungguh amat berat. Tidak ada dosa yang lebih berat, yang melebihi dosanya orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya. Dosa yang hanya setara dengan azab yang akan ditimpakan kepada orang-orang kafir kepada Allah SWT. Kita sungguh tidak akan membayangkan, bagaimana seorang muslim yang taat beribadah..
1.                  Dia rajin sholat..,
2.                  Dia rajin ke masjid...,
3.                  Dia rajin berpuasa...,
4.                  Dia juga gemar bershodaqoh..,
5.                  Dia senantiasa membayar zakat...,
6.                  Bahkan, dia sudah menunaikan ibadah haji..,
Namun ia harus masuk ke neraka, Dan dia kekal berada didalamnya, Hanya gara-gara mengulang-ulang mengambil riba, Padahal dia sudah tahu bahwa riba itu haram hukumnya..
Naudzubillah min dzalik..

Konklusinya.
            Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang masuk neraka selama-lamaya. Hanya kerana mengulang-ulang mengambil riba. Sekali lagi jangan sampai.. dan jangan sampai...
            Oleh kerana itu, satu-satunya jalan untuk terlepas dari ancaman itu adalah kita harus segera bertaubat kepada Allah SWT, dengan taubatan nasuha. Bertaubat dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu. Taubat yang sesuai dengan ketentuan Allah dalam urusan riba, yaitu dengan jalan mengembalikan pokok hutangnya saja.
Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam surat Al Baqarah 279 di atas
Marilah kita renungkan kembali sabda Nabi SAW:
Sungguh akan datang kepada manusia itu suatu masa, tidak tersisa seorangpun dari mereka kecuali memakan riba. Dan siapa yang tidak memakanya pasti terkena debunya”.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita kekuatan untuk senantiasa berada dijalan-Nya. Dan senantiasa dihindarkan dari cengkeraman riba.

Wallahu’alam.
Referensi : Dwi Condo Triono, Ilmu Retorika untuk Menggunjang Dunia, Irtikaz 2009

Riba : Ancaman Keempat



Jadi, kalau belum juga bergetar, mari kita lihat, bagaimana dengan ancaman di akhirat?
Berhati-hatilah... Jika ingin tahu bagaimana ancaman di akhirat terhadap para pedagang mata wang yang suka main-main dengan riba fadhl tersebut.

Ath-thabrani telah meriwayatkan dari Al Qasim bin Abdullah Al Warraq, dia berkata:

Aku pernah melihat Abdullah bin Abi Aufa di pasar mata wang. Dia berkata, hai para pedagang mata wang bergembiralah. Mereka menjawab, Allah SWT telah memberimu kabar gembira dengan surga, maka tentang apakah engkau memberikan kabar gembira kepada kami hai Abu Muhammad. Dia menjawab, Rasulullah SAW bersabda kepada para pedagang mata wang, Bergembiralah dengan neraka”.





Bagaimana?

Belum juga takut dengan neraka?

Riba : Ancaman Ketiga


            Ada ancaman yang lebih berat lagi terhadap para pemakan riba, iaitu apabila perbuatan mengambil riba itu telah dilakukan secara menyeluruh diseluruh negeri.
Rasulullah SAW telah memberi peringatan dengan sangat keras melalui sabdanya:
Apabila perbuatan zina dan riba telah merajalela disuatu negeri, berarti penduduknya telah mengizinkan turunya azab dari Allah atas diri mereka”.
Apa yang telah diperingatkan oleh Rasul SAW tersebut jika kita kaitkan dengan keadaan ekonomi negeri ini sesungguhnya benar-benar telah terjadi. Krisis kewangan yang pernah melanda negeri ini dengan dashyat, jika dikaji ia berakhir kepada masalah pengambilan riba ini. Riba yang terkait dengan krisis kewangan tersebut adalah riba dalam jenis riba fadhl.

Apa Riba Fadhl Itu?
            Riba fadhl adalah tambahan atau keuntungan yang diperoleh dari transaksi tukar-menukar atau jual beli barang-barang tertentu. Sedangkan yang masuk dalam kategori barang-barang tertentu tersebut adalah mata wang, yang di zaman Rasul SAW menggunakan emas dan perak.
Rasulullah SAW bersabda:
Menjual emas dengan perak akan mengandung riba kecuali bila tunai”
(HR Bukhari dan Muslim)
Lihat saat ini kita boleh menyaksikan bahwa perbuatan jual beli mata wang asing di bursa kewangan asing benar-benar tidak ada yang tunai dan berada d tempat. Bererti di negeri ini telah terjadi berbagai transaksi yang mengandung riba fadhl. Yang lebih mengerikan adalah, transaksi di bursa itu nilainya sangat besar. Bahkan jauh lebih besar dari transaksi di sektor riil, iaitu sektor perdagangan itu sendiri.

Apa Kesannya?
Kesannya sungguh amat mengerikan. Akibat dari transaksi itu, telah menyebabkan terjadinya kegoncangan nilai tukar ringgit terhadap dollar. Yang akhirnya terjadinya krisis kewangan . Yang berlanjut kepada krisis ekonomi, krisis sosial, krisis politik,... Dan, puncaknya adalah krisis kemanusiaan. Sebuah azab di dunia yang teramat pedih, yang telah dirasakan bersama oleh segenap rakyat.

Jadi, apakah masih belum ngeri lagi

Riba : Ancaman Kedua


Jika belum, sesungguhnya masih banyak hadist yang memberi peringatan yang sangat keras terhadap para pemakan riba.
Rasulullah SAW bersabda:
Satu dirham yang didapatkan seseorang melalui riba lebih besar tingkat dosanya disisi Allah daripada tiga puluh enam kali perbuatan zina yang dilakukan seseorang. Sedang riba yang paling parah adalah yang berasal dari harta seorang muslim”.
Kita semua tentu sudah faham bahwa zina itu adalah termasuk kategori perbuatan dosa besar. Namun ternyata memakan riba itu dosanya jauh lebih besar dosanya dari perbuatan zina. Bahkan berlipat-lipat lagi dosanya.
Ini adalah ancaman yang ditujukan kepada pemakan riba, bukan untuk para pemberinya?
Bagaimana dengan para pemberinya?

Para Pemberi Riba.
Bagaimana terhadap orang yang tidak memakan tetapi hanya memberi riba? Ternyata keadaanya sama.
Hadist muslim dan perawi lain meriwayatkan Hadist yang berbunyi:
Rasulullah SAW mengutuk orang yang memakan riba, orang yang memberinya, juru tulisnya dan kedua saksinya. Rasulullah SAW menegaskan, mereka semua sama”.
(HR Muslim )

Apa beza yang memberi dan menerima, mereka semua itu sama bukan?
Masih tetap tidak berpengaruh?
Masih tetap tidak takut?
Mari kita lihat ancaman berikutnya....

Riba : Ancaman Pertama


Oleh kerana itu, jika permasalahannya adalah masalah riba dianggap masalah remeh, masalah kecil, dosanya pun kecil. Maka, marilah kita mulai dengan melihat dan merenungkan kembali ancaman yang telah disampaikan oleh Allah dan Rasulnya melalui berbagai ayatnya.
Mari kita halusi semula, bagaimana Allah SWT telah berfirman :



 Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila [175]
( TQS Al-Baqarah 2:275 )
Penjelasan :
[174]. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

[175]. Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.

Ada penjelasan dari Rasulullah SAW berkaitan dengan ayat diatas. Rasulullah SAW bersabda:
Pada waktu aku dimi’rajkan ke langit, aku memandang ke langit dunia, ternyata disana banyak orang yang memiliki perut seperti rumah-rumah yang besar dan telah doyong perut-perut mereka. Mereka dilemparkan dan disusun secara bertumpuk  diatas jalur yang dilewati oleh para pengikut Firaun. Mereka diberdirikan didekat api neraka setiap pagi dan petang hari. Mereka berkata: Wahai rabb kami, janganlah pernah terjadi hari kiamat, Aku tanyakan, Hai Jibril, siapa mereka? Jawabnya, mereka adalah para pemakan riba dari kalangan umatmu yang tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran penyakit gila”.

Ada hadist lain senada dengan Hadist diatas berbunyi:
Pada waktu aku dimi’rajkan, tatkala telah sampai ke langit ketujuh, aku melihat kearah atasku, ternyata aku menyaksikan kilat, petir dan badai. Lalu aku mendatangi sekelompok orang yang memiliki perut seperti rumah, didalamnya banyak terdapat ular berbisa yang dapat terlihat dengan jelas dari luar perut mereka. Aku tanyakan, Hai Jibril, siapa mereka? Dia menjawab, mereka adalah para pemakan riba”.
Bagaimana?
Masih belum seram

Sunday

Riba


Allah SWT berfirman tentang Riba:

 

padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba ( TQS Al-Baqarah 2:275 )

Ayat diatas telah menjelaskan secara terang dan tegas bahwa Allah SWT telah mengharamkan riba.


Permasalahan.

            Pertanyaanya, seringkali bermain dalam fikiran kita. Jika Allah SWT telah mengharamkan riba, mengapa ummat Islam saat ini masih juga memperbuatanannya? Mengapa ummat Islam masih juga mengamalkanya? Bahkan, hampir tidak ada aktiviti ekonomi sekarang ini yang terhindar dari riba.
Jawapannya : Yang paling mudah barangkali adalah mungkin kerana ummat Islam itu belum faham apa yang dimaksud dengan riba.
Ini adalah jawapan yang husnuzon, mencuba untuk berprasangka baik terhadap ummat Islam. Sekarang yang akan kita ungkap adalah: Apa yang dimaksud dengan riba itu?


Apa Yang Dimaksud Dengan Riba?
Kita dapat membaca dari salah satu dari hadis Nabi SAW :
“Setiap pinjam-meminjam yang menghasilkan manfaat adalah riba”
            Adanya manfaat itu bererti adanya tambahan yang diberikan dalam hutang-piutang tersebut. Sebagaimana makna riba secara bahasa adalah ziyadah atau tambahan.
            Sedangkan secara syar’i, makna riba adalah setiap tambahan atau keuntungan yang diambil terhadap suatu pinjaman sebagai imbalan kerana masa menunggu. Riba jenis ini dalam kitap fiqh biasa disebut dengan istilah riba nasi’ah.


Apakah Bunga Sama Dengan Riba?
            Setelah kita memahami penjelasan riba dari berbagai Hadist diatas, maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah:
Apakah yang dimaksud riba itu sama dengan bunga seperti yang diperbuatankan sekarang ini?
Jawapannya: Jika kita benar-benar memahami makna riba sebagaimana penjelasan dari hadist diatas,,,
            Maka kita boleh menyimpulkan, yang dimaksud dengan riba itu adalah sama dengan bunga atau anak yang dikenakan pada transaksi hutang-piutang. Oleh kerana itu, kita yakin bahwa dimana-mana akan kita temukan perbuatan riba ini. Dibandar-bandar, dikampung-kampung, hampir tidak ada yang terhindar dari perbuatan riba. Baik perbuatan itu melalui bank, koperasi, mahupun yang dilakukan antara individu. Hampir tidak ada yang terbebas dari perbuatan riba ini.
Setuju?

Bagaimana Selanjutnya?
          
     Sekarang yang menjadi masalah adalah, jika sudah tahu atau faham terhadap makna riba, apakah kemudian ummat Islam mahu segera meninggalkannya? Termasuk saudara sekalian, apakah akan dengan ikhlas untuk segera meninggalkan perbuatan ini?
       Bagaimana? Bersedia atau tidak?
       Wah.. Nampaknya begitu berat sekali ye, untuk menjawabnya?


Mengapa Umat Islam Tetap Tidak Mahu Meninggalkannya?
            Jika ummat sudah tahu dan sudah faham, tetapi mengapa tetap saja tidak mahu meninggalkannya? Mungkin dibenak umat masih memiliki banyak alasan. Barangkali masih ada yang menganggap bahwa riba ini adalah masalah kecil. Walaupun haram dan berdosa, barangkali dosanya hanya kecil saja. Apalagi riba yang diambil tidak banyak, atau ringan, mungkin dianggap tidak berdosa.
Setuju?

Bagaimana Dengan Bunga Yang Kecil?
            Jika ummat Islam masih memahami bahwa bunga atau riba yang kecil itu tidak haram. Maka, kita harus melihat kembali penjelasan dari Hadist diatas, bahwa tidak ada batasan apapun terhadap riba. Iaitu setiap tambahan yang diambil dari proses hutang-piutang, semuanya dianggap sebagai riba. Untuk menjelaskan hal ini, kita dapat melihat kembali ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Iaitu, bagi mereka yang ingin bertaubat dari mengambil riba, syaratnya adalah dengan cara mengembalikan pokok hutangnya saja.

Hal itu dapat dilihat pada firman Allah SWT

 
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
( TQS Al-Baqarah 2:279 )

            Dari pemahaman ayat di atas, kita mengetahui bahawa tambahan yang diberikan dalam hutang-piutang berapa pun besarnya tetap tidak diperbolehkan. Itulah persyaratan taubat dari mengambil riba yang ditentukan Allah SWT. Bererti besar dan kecil itu tidak ada bezanya, semuanya dianggap riba oleh Allah SWT.


Permasalahanya Bukan Besar Atau Kecil.
            Penjelasan diatas ternyata tetap tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap sikap umat Islam. Mengapa?
            Sebab, masalahnya memang tidak disitu. Permasalahanya bukan pada perbezaan bunga kecil atau bunga besar. Permasalahanya kerana umat Islam telah menganggap permasalahan riba itu permasalahan yang kecil atau remeh. Kalaupun dosa, dosanya dianggap kecil saja. Bukan permasalahan yang besar, yang harus ditakuti oleh umat Islam.



Antara Ancaman-Ancaman Tentang RIBA :




Jangan Buka !!!

Daulah Islam

Daulah Islam

Singgah Sana

(Jom Buka) Realiti Umat Islam Zaman Sekarang‬‏